Apa yang kau cari? Sebuah tanya yang tiba-tiba
kukeluarkan dalam benakku sendiri. Iya, apa yang kau cari di dunia ini? Setelah kau melangkah ke penjuru dunia, atau setelah ribuan ilmu kau pelajari, atau
apapun itu yang telah kau lakukan atau kau hasilkan. Jadi apa yang kau cari di dunia ini?
Jangan teperdaya dengan gedung dan tempat indah.
Karena tak ada tempat yang lebih baik dari surga. Dan dahulu di dalam surga,
Nabi Adam pernah hidup di dalamnya, tapi lihatlah bagaimana akhirnya.
Nabi Adam diturunkan ke dunia dari surga sebagai
hukuman atasnya, maka berhati-hatilah. Sesungguhnya orang yang berhasrat kepada
dunia akan meninggalkannya, orang yang kaya di dunia adalah orang yang miskin
(dibanding akhirat), penduduk dunia yang berbahagia adalah orang yang tidak berlebih-lebihan
di dalamnya. Jika orang yang berakal lagi cerdik mencermatinya, maka dia
melihatnya menghinakan orang yang memuliakannya, mencerai-beraikan orang yang
mengumpulkannya. Dunia layaknya racun, siapa yang tidak mengetahuinya akan
memakannya, siapa yang tidak mengetahuinya akan berambisi kepadanya.
Jangan teperdaya dengan banyaknya ibadah yang engkau lakukan. Karena dahulu
iblis pun melakukan ibadah di dalam surga, tapi lihatlah bagaimana keadaan
selanjutnya.
“Jangan teperdaya dengan hanya kagum melihat orang-orang salih. Karena tak ada
manusia yang kemuliaannya melebihi Rasulullah Saw, tapi ternyata orang-orang
kafir dan munafiq di zaman Nabi tak mampu mengambil manfaat dari kemuliaan
Rasulullah Saw.” (Imam Hasan Al-Bashri)
Dalam hidup yang dihadapi sejatinya hanya bergulir pada dua rasa, yaitu bahagia
dan sedih. Tapi bagi tiap individu kedua rasa itu akan berbeda effect-nya, tergantung dari sudut
pandang mana ia melihatnya.
Bagi seorang mukmin, tolak ukur pandangan ini dilihat dari kejauhan dan
kedekatannya dengan Allah. Sebagaimana ketajaman pandang Imam Hasan Al-Bashri
ketika menilai satu keadaan yang tampak lumrah untuk diberikan kekaguman
atasnya, namun ternyata berpotensi membuat manusia lalai di dalamnya.
Perlu latihan keras dalam menajamkan bashirah,
diawali dengan mengasah keimanan melalui ketaatan demi ketaatan. Agar hikmah
yang terkandung dari tiap peristiwa mudah direnungi. Hingga yakin bahwa hanya
ridha Allah yang ingin diraih dalam menjalani ragam rasa kehidupan.
Sungguh dunia adalah persinggahan, akhirat
adalah yang abadi rumah sebenarnya.
Terima kasih pagi-pagi dapat pencerahan
BalasHapus